Dieng ke Borobudur
Dieng ke Borobudur
Prasasti di Candi Arjuna, Dieng menyebutkan tahun 808 M selesai dibangun. Kurang dari 20 tahun Prasasti Kayunwungan menyebut Borobudur diresmikan tahun 824.
Dalam selisih watu yang berdekatan, anggap saja ada masalah dalam tafsir-tafsir prasasti tersebut, kita ambil jarak hingga 50 tahun antar masa Dieng dan Borobudur. Hanya oerlu diingat, Borobudur itu dibangun selama 58 tahun, jadi ada perubahan mendadak dalam karakter pembangunan bangunan suci di wilayah itu.
Pertama tentu karena berubahnya agama resmi kerjaan penguasa. Kedua sebuah kultur yang tidak sekedar berubah, tapi diganti. Perhatikan model dan gaya bangunan yang jarak umurnya tidak seberapa. Perubahan ini jauh lebih cepat daripada revolusi. Lebih seperti dikuasai/dijajah. Karena di antara keduanya tidak ditemukan bentuk-bentuk metamorfosisnya (bentuk antara/penyesuaian).
Kecil-kecil banyak dan lancip, itu kalo sistemnya ngecer bisa dibikin katakanlah setiap 2-5 tahun satu candi, tim proyeknya kecil saja 20-50 orang. Modelnya pun bergaya Pallawa.
Lalu tiba-tiba berubah konsepnya menjadi satu besar banget dan bulat-bulat. Ini proyek bukan main-main. Butuh tim ahli banyak, silpin yang banyak, tukang dan kuli yang banyak, sumber bahan baku yang kapasitasnya juga besar, mobilisasi barang berat dalam jarak yang tidak dekat, ngisi konten reliefnya yang berasal dari kitab suci, pokoknya rumitlah.... Model kerja yang sama sekali baru.
Perhatikan stupa utama (yang paling besar)Borobudur, persis bentuknya dengan stupa Amluk Da-ra di Pakistan.
(Catatan penting, selain Borobudur masih banyak candi Budha lain, misalnya Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Plaosan, Candi Sari, Candi Kalasan (Tara), Candi Sojiwan.... tapi semuanya model yang mirip dengan candi Hindu ala Pallawa, hanya ditambah ornamen stupa dan simbol-simbol Budha yang lain).
Borobudur sama sekali berbeda.
Disarikan dari akun Amanda Suteja